Nadirsyah-Tufel Pimpin PCINU Australia dan New Zealand - Islam di Australia dan Pasifik

Post Top Ad

Nadirsyah-Tufel Pimpin PCINU Australia dan New Zealand

Nadirsyah-Tufel Pimpin PCINU Australia dan New Zealand

Share This
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia dan New Zealand (PCINU ANZ) baru saja melaksanakan Konferensi Cabang (Konfercab) ke-5 di Melbourne (30/8). Sesuai dengan kondisi dan aturan setempat, dan sifatnya sebagai cabang istimewa, periode kepengurusan PCINU ANZ berlangsung selama dua tahun.
<>
Bertempat di ruang Bhinneka KJRI Melbourne, acara pembukaan berlangsung meriah dihadiri perwakilan sejumlah Ormas seperti Muhammadiyah Melbourne, takmir masjid Westall, Madania, dan lain-lain. Konferensi secara resmi dibuka oleh acting Konsul Jenderal, Ita Puspitasari.

“Keberadaan PCINU ANZ diharapkan dapat lebih memperlihatkan wajah Islam Indonesia yang ramah dan damai,” ujar Ita. “KJRI Melbourne siap bekerja sama untuk mewujudkan keinginan itu dengan semua pihak termasuk dengan PCINU AZ,” sambungnya.

Ketua Tanfidziyah Mokhamad Nur menyatakan kegembiraannya karena Konfercab V PCINU ANZ kali ini dihadiri semua perwakilan negara bagian yang sudah mempunyai kepengurusan, yaitu Victoria, New South Wales, Queensland, Western Australia, South Australia, dan Australian Capital Territory. “Perwakilan NU New Zealand tidak bisa hadir karena keperluan mendadak, perwakilan Northern Territory berhalangan, dan di Tasmania belum terbentuk kepengurusan,” ujarnya. Kandidat Ph.D di Victoria University itu melihat pentingnya PCINU ANZ untuk merumuskan langkah bersama dalam menghadapi tantangan dakwah yang semakin kompleks di Australia.

Sementara Rais Syuriyah Dr. Nadirsyah Hosen, melihat tema Konfercab V “Membumikan Islam di Australia” ini sangat penting. Pemerintah Australia melalui Perdana Menteri Tony Abbott baru saja menawarkan proposal Team Australia sebagai respons terhadap fenomena ISIS. Konsep tersebut mendapat tantangan yang cukup keras dari berbagai kelompok Muslim. “Di sinilah PCINU ANZ ditantang untuk bisa menentukan sikap yang tepat, apakah kita ini orang NU yang kebetulan tinggal di Australia atau bagian dari komunitas Australia yang NU,” tutur dosen di Universitas Wollongong itu.

Acara konfercab semakin meriah dengan sajian Shalawat Badar yang diiringi oleh pianis Ade Ishs, tari Kipas dari sanggar Lenggang Gemulai, dan Tari Saman dari kelompok Saman Melbourne.

Seusai rehat, peserta mengikuti dialog yang gayeng bersama tiga narasumber: Mulyoto Pangestu, Ph.D (ahli bayi tabung dari Monash University), KH Muhammad Mubarok Omo (Tokoh Islam dari Perth), dan dr. Fahmi Alatas (pengusaha di Melbourne). Dipandu oleh Rais Syuriyah PCINU ANZ Nadirsyah Hosen, para pembicara berbagi pengalaman unik menjadi muslim di Australia. Dari Dialog dengan tema “Membumikan Islam di Australia”, mengemuka satu kebutuhan akan pentingnya mengejawantahkan Islam sesuai kondisi setempat. Diakui oleh Fahmi Alatas, pada tataran akidah, semua kelompok Islam dapat bersatu, tetapi jika sudah memasuki fikih, maka perbedaan segera mengemuka.“Cara pendekatan menjadi sangat penting untuk mencapai kesusksesan berdakwah,” tutur mantan politisi itu.

Sementara Mulyoto Pangestu menantang para peserta untuk tidak hanya meng-amin-kan saja hasil-hasil penemuan ilmuwan Barat. “Hasil penelitian saya dalam teknologi pengawetan sperma, dalam skala tertentu ternyata paralel dengan kisah Ashabul Kahfi,” ujarnya. “Ilmuwan Muslim harus terdorong untuk menggali apa yang tercantum dalam Al-Quran dan Hadits,” lanjutnya.

Untuk mengurangi potensi konflik antar-kelompok yang dinilai semakin meminggirkan posisi umat Islam yang minoritas di Australia, Kyai Muhamamd Muslim Mubarok Omo yang akrab disapa Ustad Mumu, menawarkan jalan keluar dengan ajakan berdzikir.Dzikir bersama, menurutnya, merupakan metode Walisongo yang terbukti dapat menyatukan umat pada masanya. “Merujuk pengalaman saya di Western Australia, ajakan dzikir bersama terbukti dapat meredam konflik.”

Bahtsul Masail dan Rekomendasi
Sesuai tema Membumikan Islam di Australia, sidang bahtsul masail yang bertujuan membahas berbagai masalah aktual di Konfercab 2014 mengakomodasi pentingnya penyesuaian dengan situasi dan kondisi lokal. Ada dua pertanyaan yang terkait yaitu: 1) Jikalau umat menghadapi persoalan hukum Islam, kepada siapakah meminta fatwa,apakah merujuk fatwa ulama dari Indonesia, Timur Tengah atau ulama Australia-New Zealand? 2)Jika terjadi perbedaan atau benturan, hukum mana yang harus diikuti dan ditaati, apakah hukum Islam, hukum negeri asal atau hukum yang berlaku di Australia-New Zealand?

Terhadap pertanyaan pertama, sidang Konfercab 2014 menjawab, “Mengingat kaidah hukum itu berputar bersama illatnya (alasannya), dan hukum itu berubah sesuai dengan perubahan tempat dan waktu, maka dianjurkan memilih fatwa yang lebih sesuai dan cocok dengan kondisi lokal yang dihadapi.”

Untuk pertanyaan kedua disepakati jawaban, “Dalam konteks fiqh siyasah, seorang Muslim dianjurkan untuk mengikuti peraturan perundang-undangan di tempat mereka berada, selama tidak bertentangan dengan aqidah Islamiyah.”

Sementara dalam sidang rekomendasi, dihasilkan 9 ketetapan antara lain, menyerukan agar komunitas Indonesia di Australia memberikan pernyataan bersama menanggapi konsep PM Tony Abbott tentang "Team Australia" yang menimbulkan kesan seolah-olah warga Muslim Australia belum siap menjadi bagian masyarakat Australia. Kepada warga NU di ANZ, Konfercab mengajak untuk aktif berpartisipasi mengkomunikasikan nilai nilai Islam dengan menjadi model warga negara yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai pemimpin komunitas, permanen residen, maupun pelajar.

Pengurus Baru
Konfercab akhirnya dipungkas dengan pemilihan pengurus baru PCINU ANZ. Setelah melalui persidangan yang cukup alot namun gayeng, akhirnya semua peserta sepakat untuk memilih kembali Dr. Nadirsyah Hosen sebagai Rais Syuriyah (penentu kebijakan), Tufel Musyadad sebagai Ketua Tanfidziyah (pelaksana harian), dan Ustad Mumu disepakati sebagai Mustasyar (penasehat).

“Sosok Tufel sudah terbukti dapat menjadi perekat dan pendorong kegiatan keagamaan di Adelaide,” ujar Falik Isbah, utusan dari NU Canberra. “Saya tidak meragukan komitmen perjuangannya karena mengenalnya secara baik saat saya studi di Adelaide,” lanjutnya.

Sebelum menutup Konfercab, Rais Syruriyah Nadirsayah Hosen mengapreasiasi pelaksanaan Konfercab 2014 yang dianggapnya sebagai yang terbaik.“Ini adalah konfercab paling sukses selama lima kali pelaksanaan sejak 2005,” ujarnya. “Saya menghargai kerja keras kawan-kawan NU Melbourne mulai dari persiapan hingga penutupan konferensi.”  (sumber)

Lihat situsnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages